Minggu, 30 Desember 2012

your girlfriend,my enemy



Keakraban, kebersamaan, dan semua kenangan itu. Hanyalah masa lalu. Namun, tak terbersit dalam pikiran sedikitpun akan menjadi malapetaka dalam setiap coretan hidup saat ini. Sungguh di luar perkiraan.
Dari awal kejujurannya, menyiratkan keanehan. Cerita tentangnya, tak relevan dengan sikap dan fakta yang ada. Dia menciptakan dunia dengan konsepnya sendiri, ditanamkan pada kedua objek yang berbeda. Entah karena dia berada dalam pilihan yang sulit, ataukah hanya salah satu objek titik pusat ketulusannya berada. Menerka dengan ribuan hipotesa sekalipun tak mampu memberikan kesimpulan. 

Namun, konsepnya terlalu kuat. Kedua objek berada dalam genggamannya. Setiap objek diletakkan pada titiknya masing-masing. Dalam porsi yang berbeda tentunya. Tanpa dia sadari kalau sikapnya akan menyakiti salah satunya. Tentu saja, dua objek saling bersilangan dengan satu titik pusat. Ketika bergesekan, maka benturan tak terelakkan. 

Sungguh disesali, dua objek dengan posisi yang berbeda. Mengapa mesti menjadi pilihan. Toh, masing-masing berada pada jalurnya. Justru yang menjadi pertanyaan, yang menjadi titik pusat apakah menyediakan ruang masing-masing atau hanya ada satu ruang untuk keduanya. 

Gesekan demi gesekan terjadi, tak ada titik temu untuk keduanya. Masing-masing memiliki pendapat sendiri, dan bahkan cenderung saling menjatuhkan. 

Hanya waktu yang dapat mengubahnya...

the magic moment of bazar FLP Maros



Pagi-pagi sudah dipusingkan dengan dana yang minim, ditambah lagi dengan panitia bazaar yang tak konfirmasi mengenai kupon. Saya mulai dihinggapi rasa putus asa, menyerah pada keadaan. Saat itu, meski dengan perasaan yang sudah campur aduk. Satu sisi ingin mensukseskan kegiatan, disisi lain malah ragu dan tidak percaya pada diri sendiri. Namun, lagi-lagi saya percaya akan adanya the magic moment disaat-saat genting ketika selalu yakin disertai niat yang tulus. Ternyata hal demikian terjadi lagi, Allah memudahkan dengan mengirimkan teman-teman Non-FLP yang notabene memiliki pengetahuan yang lebih jauh mengenai bazaar. Bahkan mereka rela meluangkan waktunya mengurus segala sesuatunya tanpa pamrih. 

Thanks for fakhira riska, nurjannah darwis, ismha, lisa…jerih payah kalian tercatat dalam buku sejarah FLP maros. Bazaar warna warni akhir tahun menjadi penutup tahun yang sangat berkesan dengan warna yang kalian bawa. 

Tak akan pernah tercoret dalam sejarah memoriku bahkan dalam sejarah FLP, cerita kalian. Teringat moment itu, ada kelucuan tersendiri. Ketika saya menemani sang koki bazaar (fakhira riska) belanja ke pasar, serasa belanja yang dibatasi dengan waktu. Saling kejar-kejaran. Maklum saya jalannya lambat, terpaksa ketinggalan terus. Hal lucu kedua, juga menemani sang koki belanja. Namun kali ini, harus berhadapan dengan hujan yang cukup deras. Belum jauh kami meninggalkan pesantren, tiba-tiba butiran Kristal bening telah menyapu lembut wajah dan sekujur tubuhku. Akhirnya ikha memutuskan untuk berteduh tepat didepan toserba tak jauh dari pesantren. Sambil menunggu hujan reda, kami mengintip kedalam box es krim. Nyummmiiii, terlihat sangat menggiurkan. Sang kokipun mengajak saya untuk membeli, tapi saat itu saya sama sekali tak membawa uang sepeserpun kecuali dana bazaar. Berusaha menahan rasa ingin, tapi lagi-lagi ikha mempengaruhi untuk beli. Terpaksa deh beli pinjam dana bazaar. Eiittsss, jangan salah saya ganti nah.hehehe. kamipun menikmati es krim rasa coklat di hibur dengan suara gemericik hujan yang begitu mendayu-dayu…suap demi sesuap akhirnya sebungkus es krim habis kami santap, tanpa sedikitpun mengingat teman-teman yang sedang sibuk di lokasi bazaar. Saking menikmatinya, saya tak menyadari jika hujan telah reda. Kamipun melanjutkan perjalanan ke pasar, tak butuh waktu lama. Kami telah tiba di pasar batangase. meski hujan, tak menyurutkan semangat dan niatku berbelanja. Demi sebuah tanggung jawab…
Akhirnya tiba waktu yang kami tunggu-tunggu, tepat pukul 18.00 satu persatu tamu bazaar berdatangan. Yang kebetulan juga saat itu dirangkaikan dengan launching buku ‘catatan hati uak’. Hingga diluar dugaan, kami kewalahan melayani tamu yang melebihi batas perkiraan. Meskipun tak semaksimal yang kami harapkan, namun kami tetap bersyukur terutama saya secara pribadi selaku ketua panitia saat itu. Semua bisa berjalan lancar, aman dan tenang.

Alhamdulillah…

Sabtu, 15 Desember 2012

12-12-12



day was a nightmare for me...12-12-12

Untuk yang pertama kali, dalam alur pertemanan yang juga bel;um cukup lama.

ibarat hati di cabut lalu dihancurkan di depan mata, hingga berkeping-keping. bahkan tangan ini tak lagi mampu memungutnya satu persatu, semua berserakan layaknya kepingan puzzle. hanya senyuman tersungging di tengah bola-bola kristal yang ingin jatuh,  menopang tubuh dalam kerapuhan. serta pelangi di sore hari, mengusap lembut rasa menetralkan hati yang tak lagi utuh. hingga mampu berkata, aku baik-baik saja.

Hingga detik ini, meski jauhku bergumul dengan hal-hal lain. Namun, tetap saja dihantui oleh peristiwa ‘pembunuhan karakter’…seperti itulah saya menyebutnya. Tapi lagi-lagi, hati ini dengan mudahnya memaafkan. Sedikitpun tak ada dendam, meski jejak hari itu selamanya akan membekas hingga tarikan nafas terhenti.

Saya tidak akan mengungkapkan kejadian apa,karena apa,dan siapa…sebab, cukup hari itu saja yang merekam dan menyimpannya dalam memori lalu ditutup rapat-rapat. Hingga hari lain tak mampu mengintip atau bahkan mengambilnya.

Dan dibalik rasa sakit, terselip doa.. semoga hari itu adalah yang terakhir meletakkan jejak demikian. Biarkan hari yang lain mendapatkan kesempatan melihat sisi lain dari dirinya. Sisi yang terselimuti kabut tebal dalam balutan tubuh yang indah. Dan mungkin hanya butuh sentilan tangan-tangan halus, hingga kabut itu lenyap dan pergi. Menyisakan pelangi menerangi jiwa-jiwa yang gersang. MasyaAllah…Amin.


Minggu, 09 Desember 2012

dunia aksara



Untuk pertama kalinya aku berkecimpung dalam dunia di mana kita dituntut bermain dengan kata-kata, merangkainya menjadi sebuah kalimat yang bernilai indah. Merapat dengan beberapa penulis, mengenal mereka lewat karya-karyanya. Sungguh sebuah peralihan drastic, mendapati diri yang tadinya aktif di dunia organisasi politik, berbicara mengenai segala permasalahan berbau politik. Berkoar-koar dalam forum mengeluarkan aspirasi menyatukan silang pendapat,kini diri ini tenggelam dalam badai kata, meramu dalam nurani, memilah setiap kata lalu ditumpahkan di atas kertas kosong menjadi sebuah tulisan. 

Menyusuri langkah para sastrawan, mengukir sejarah dalam dunia jurnalistik. Yah, tentu saja tak mudah.namun, mengukir hal yang tak mungkin bisa menjadi mungkin dengan izin Allah. Melalui kemauan,serta tekad yang tak pernah menyerah untuk selalu belajar,belajar dan belajar. Saat ini, posisiku dalam dunia aksara masih terbilang amatiran. Aku tak menunggu orang menilai terlebih dahulu, karena tak naïf. Aku sadar akan hal itu…hehehe. (senyum-senyum sendiri) 

Tapi, sukses adalah pembuktian. So, keep fighting ajalah…

Orang lain bisa,kenapa aku tidak. Hmm, terdengar sederhana. Namun memiliki sugesti yang begitu kuat. Itulah kata yang hingga saat ini membuatku tak pernah menyerah ataupun mengeluh sedikitpun dalam menjajaki setiap alur yang disediakan Allah sampai tiba waktunya, diri ini berdiri dititik kesudahan. Dan kata itupula yang membawa diri ini terjun dalam dunia aksara, dunia yang tak biasa bagiku, namun aku yakin bisa mengubah tak biasa menjadi luar biasa…AMIN.

Selasa, 20 November 2012

Penat



Beberapa hari ini entah kenapa saya tak dapat mengontrol emosi, pikiran dipenuhi dengan prasangka. Apa karena suasana yang tak sama lagi hingga dengan begitu mudahnya menyimpulkan yang belum tentu benar tidaknya. Yah, mungkin hati ini kesambet kali…kuakui ketika melihat orang lain berada dalam keadaan yang sama denganku. Saya begitu luwes memberikan saran, bahkan pandangan-pandangan bijak yang saya sendiri pun kadang bingung dengan apa yang saya katakan saking bijaknya. Namun, saya tak dapat bijak terhadap diri sendiri. Selalu saja berbenturan dengan banyak hal. Yang sayapun sendiri  tak tahu mengapa. 

Bukan saatnya mencari sumber permasalahan, namun saatnya merenungi, mempertimbangkan  tindakan selanjutnya. Kadangkala terbersit keinginan menjauh dari semua. Menjauh dari tempat dimana saya berpijak saat ini. Namun disisi lain, sayapun berpikir untuk apa. Dan apa yang saya ingin cari sampai harus menjauh, bukankah akan sama saja. 

Lagi-lagi perang batin terjadi dalam balutan tubuh sendiri. Memandang jauh kedepan, melangkahkan kaki selangkah demi selangkah mengukir teks kehidupan. Apakah diri ini kurang bersyukur, ataukah diri ini terlalu dikuasai nafsu duniawi. Astagfirullah…