Pagi-pagi sudah dipusingkan dengan dana yang minim,
ditambah lagi dengan panitia bazaar yang tak konfirmasi mengenai kupon. Saya
mulai dihinggapi rasa putus asa, menyerah pada keadaan. Saat itu, meski dengan
perasaan yang sudah campur aduk. Satu sisi ingin mensukseskan kegiatan, disisi
lain malah ragu dan tidak percaya pada diri sendiri. Namun, lagi-lagi saya
percaya akan adanya the magic moment disaat-saat genting ketika selalu yakin
disertai niat yang tulus. Ternyata hal demikian terjadi lagi, Allah memudahkan
dengan mengirimkan teman-teman Non-FLP yang notabene memiliki pengetahuan yang
lebih jauh mengenai bazaar. Bahkan mereka rela meluangkan waktunya mengurus
segala sesuatunya tanpa pamrih.
Thanks for fakhira riska, nurjannah darwis, ismha,
lisa…jerih payah kalian tercatat dalam buku sejarah FLP maros. Bazaar warna
warni akhir tahun menjadi penutup tahun yang sangat berkesan dengan warna yang
kalian bawa.
Tak akan pernah tercoret dalam sejarah memoriku
bahkan dalam sejarah FLP, cerita kalian. Teringat moment itu, ada kelucuan
tersendiri. Ketika saya menemani sang koki bazaar (fakhira riska) belanja ke
pasar, serasa belanja yang dibatasi dengan waktu. Saling kejar-kejaran. Maklum
saya jalannya lambat, terpaksa ketinggalan terus. Hal lucu kedua, juga menemani
sang koki belanja. Namun kali ini, harus berhadapan dengan hujan yang cukup
deras. Belum jauh kami meninggalkan pesantren, tiba-tiba butiran Kristal bening
telah menyapu lembut wajah dan sekujur tubuhku. Akhirnya ikha memutuskan untuk
berteduh tepat didepan toserba tak jauh dari pesantren. Sambil menunggu hujan
reda, kami mengintip kedalam box es krim. Nyummmiiii, terlihat sangat
menggiurkan. Sang kokipun mengajak saya untuk membeli, tapi saat itu saya sama
sekali tak membawa uang sepeserpun kecuali dana bazaar. Berusaha menahan rasa
ingin, tapi lagi-lagi ikha mempengaruhi untuk beli. Terpaksa deh beli pinjam
dana bazaar. Eiittsss, jangan salah saya ganti nah.hehehe. kamipun menikmati es
krim rasa coklat di hibur dengan suara gemericik hujan yang begitu
mendayu-dayu…suap demi sesuap akhirnya sebungkus es krim habis kami santap,
tanpa sedikitpun mengingat teman-teman yang sedang sibuk di lokasi bazaar. Saking
menikmatinya, saya tak menyadari jika hujan telah reda. Kamipun melanjutkan
perjalanan ke pasar, tak butuh waktu lama. Kami telah tiba di pasar batangase.
meski hujan, tak menyurutkan semangat dan niatku berbelanja. Demi sebuah
tanggung jawab…
Akhirnya tiba waktu yang kami tunggu-tunggu, tepat
pukul 18.00 satu persatu tamu bazaar berdatangan. Yang kebetulan juga saat itu
dirangkaikan dengan launching buku ‘catatan hati uak’. Hingga diluar dugaan,
kami kewalahan melayani tamu yang melebihi batas perkiraan. Meskipun tak
semaksimal yang kami harapkan, namun kami tetap bersyukur terutama saya secara
pribadi selaku ketua panitia saat itu. Semua bisa berjalan lancar, aman dan
tenang.
Alhamdulillah…